PCOS Life Style

PCOS Life Style

Senin, 08 November 2010

Sejarah Tentang PCOS


Pada tahun 1935, Stein dan Leventhal menggambarkan adanya penderita amenorea dan infertil dan disertai dengan pembesaran ovarium berikut sejumlah kista kecil di dalamnya. Pada awal 1980 an, beberapa kasus seperti diatas diketahui memiliki kaitan dengan hiperinsulinemia dan gangguan toleransi glukosa. Pada awal 1990 an, ditemukan adanya defek reseptor insulin pada penderita PCOS.

Berkaitan dengan penemuan yang ada, perhatian terhadap PCOS sekarang di pusatkan pada masalah hiperandrogenisme, hiperinsulinemia, abnormalitas kadar lemak darah dan obesitas yang memberikan dampak yang lebih luas terhadap kesehatan. Dokter harus memiliki kemampuan untuk dapat menegakkan diagnosa PCOS secara dini dan membantu agar penderitanya terhindar dari berbagai masalah kesehatan jangka panjang sebagai konsekwensi medis lanjutan dari PCOS.

Definisi PCOS

Kumpulan gejala yang ditandai dengan adanya anovulasi ( tidak keluarnya ovum / sel telur ) kronis ( yang berkepanjangan / dalam waktu lama ) disertai perubahan endokrin ( seperti : hiperinsulinemia, hiperandrogenemia ).

Etiologi

Etiologi PCOS tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan sangat dipengaruhi oleh :

1. Resistensi insulin

2. Hiperandrogenemia

3. Kelainan produksi hormon gonadotropin

4. Disregulasi P450 c 17

    Defek gen pembentuk P450 c 17, yang mengkode aktivitas 17 – hidroksilase
    dan 17,20 - lyase.

5. Genetik.

    Ada kecenderungan penurunan sifat secara autosomal dominan.

Penyebab Gejala Dan Keluhan PCOS

disebabkan oleh adanya perubahan hormonal. Satu hormon merupakan pemicu bagi hormon lainnya. Hal ini akan menimbulkan lingkaran setan dari suatu gangguan keseimbangan hormonal dalam sistem endokrin.

Gangguan tersebut antara lain adalah :

a. Hormon ovarium.

    Bila kadar hormon pemicu ovulasi tidak normal maka ovarium tidak akan     
    melepaskan sel telur setiap bulan. Pada beberapa penderita, dalam ovarium
    terbentuk kista - kista kecil yang menghasilkan androgen.

b. Kadar androgen yang tinggi.

    Kadar androgen yang tinggi pada wanita menyebabkan timbulnya jerawat
    dan pola pertumbuhan rambut seperti pria serta terhentinya ovulasi.

c. Kadar insulin dan gula darah yang meningkat.

    Sekitar 50% tubuh penderita PCOS bermasalah dalam penggunaan insulin
    yaitu mengalami resistensi insulin. Bila tubuh tidak dapat menggunakan
    insulin dengan baik maka kadar gula darah akan meningkat. Bila keadaan
    ini tidak segera diatasi, maka dapat terjadi diabetes kelak dikemudian hari.

Gejala

Gejala PCOS cenderung terjadi secara bertahap. Awal perubahan hormon yang menyebabkan PCOS terjadi pada masa remaja setelah menarche. Gejala akan menjadi jelas setelah berat badan meningkat pesat.

1, Gejala PCOS awal

a. Jarang atau tidak pernah mendapat haid.

    Setiap tahun rata-rata hanya terjadi kurang dari 9 siklus haid ( siklus haid
    lebih dari 35 hari ). Beberapa penderita PCOS dapat mengalami haid setiap
    bulan namun tidak selalu mengalami ovulasi.

b. Perdarahan haid tidak teratur atau berlebihan.

    Sekitar 30% penderita PCOS memperlihatkan gejala ini.

c. Rambut kepala rontok dan rambut tubuh tumbuh secara berlebihan.

    Kerontokan rambut dan pertumbuhan rambut berlebihan di muka, dada,
    perut ( hirsuitisme ) disebabkan oleh kadar androgen yang tinggi.

d. Pertumbuhan jerawat.

    Pertumbuhan jerawat disebabkan pula oleh kadar androgen yang tinggi.

e. Depresi.

    Perubahan hormon dapat menyebabkan gangguan emosi.

2. Gejala PCOS lanjut

a. Berat badan meningkat atau obesitas terutama pada tubuh bagian atas
    ( sekitar abdomen dan pinggang ).

    Gejala ini disebabkan oleh kenaikan kadar hormon androgen.

b. Kerontokan rambut dengan pola pria atau penipisan rambut kepala
    ( alopesia ).

    Gejala ini disebabkan oleh kenaikan kadar hormon androgen.

c. Abortus berulang.

    Penyebab hal ini tidak diketahui dengan jelas. Abortus mungkin berkaitan
    dengan tingginya kadar insulin, ovulasi yang terhambat atau masalah
    kualitas sel telur atau masalah implantasi pada dinding uterus.

d. Sulit mendapatkan kehamilan ( infertile ) oleh karena tidak terjadi ovulasi.

e. Hiperinsulinemia dan resistensi insulin yang menyebabkan obesitas tubuh
    bagian atas, perubahan kulit dibagian lengan, leher atau pelipatan paha
    dan daerah genital.

f. Masalah gangguan pernafasan saat tidur ( mendengkur ).

    Keadaan ini berhubungan dengan obesitas dan resistensi insulin.

g. Nyeri panggul kronis ( nyeri perut bagian bawah dan panggul ).

h. Tekanan darah tinggi seringkali ditemukan pada penderita PCOS.

Permasalahan Dalam PCOS

1. Masalah reproduksi

Gangguan keseimbangan hormonal akibat PCOS menyebabkan terjadinya sejumlah permasalahan dalam kehamilan dan masalah kesehatan reproduksi lain :

a. Infertilitas

b. Abortus berulang

c. Diabetes gestasional

d. Hipertensi dalam kehamilan dan atau persalinan dengan segala akibatnya
    ( pre eklampsia / eklampsia, bayi kecil masa kehamilan, persalinan preterm )

e. Hiperplasia endometrium ( lesi prakanker ).

    Keadaan ini terjadi bila siklus haid tidak berlangsung secara teratur
    sehingga terjadi “ penumpukan ” endometrium. Penggunaan pil
    kontrasepsi diharapkan dapat menurunkan kejadian hiperplasia
    endometrium.

f. Karsinoma endometrium.

    Resiko meningkat 3 kali lipat dibandingkan dengan yang bukan penderita
    PCOS. Menjelang menopause, sebagian penderita memperlihatkan pola haid
    yang lebih teratur. Tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat
    terjadi. Meskipun demikian, riwayat PCOS masih tetap akan meningkatkan
    resiko hipertensi, diabetes, penyakit jantung dan karsinoma endometrium.

2. Masalah insulin dan metabolisme gula

Insulin adalah hormon yang diperlukan oleh sel untuk mendapatkan energi dari glukosa. Namun kadang-kadang sel tidak menunjukkan respon yang memadai terhadap aktivitas insulin. Keadaan ini disebut sebagai resistensi insulin. Resistensi insulin menyebabkan kenaikan kadar gula darah dan diabetes. Lebih dari 40 % penderita PCOS menunjukkan adanya resistensi insulin, dan lebih dari 10 % diantaranya akan menderita diabetes melitus tipe 2 saat berusia sekitar 40 tahun. Kadar insulin juga meningkat pada penderita resistensi insulin. Kadar insulin yang tinggi seperti ini dapat meningkatkan kadar hormon pria sehingga keluhan PCOS menjadi semakin parah.

Masalah kesehatan akibat resistensi insulin :

a. Hipertensi

b. Kadar trigliserida meningkat

c. Kadar kolesterol HDL rendah

d. Kadar gula darah meningkat

e. Peningkatan timbunan lemak tubuh ( terutama di bagian perut )

3. Masalah jantung dan pembuluh darah

Diperkirakan bahwa tingginya kadar insulin pada penderita PCOS memperburuk masalah jantung dan pembuluh darah.

Masalah tersebut antara lain :

a. Artherosclerosis ( pengerasan arteri ).

b. Penyakit arteri koroner dan serangan jantung.

    Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa kemungkinan serangan jantung
    meningkat 7 kali lipat pada penderita PCOS.

c. Hipertensi.

d. Hiperkolesterolemia.

e. Stroke.

4. Masalah gangguan pernafasan saat tidur ( mendengkur )

“ Obstructive Sleep Apnea ” berkaitan erat dengan obesitas dan resistensi insulin.

Faktor Risiko PCOS

Faktor risiko utama terjadinya PCOS adalah riwayat PCOS dalam keluarga. Diperkirakan terdapat kombinasi genetik dalam kejadian PCOS. Bila dalam satu keluarga terdapat penderita PCOS maka kemungkinan terjadinya PCOS adalah 50 %. PCOS dapat diturunkan dari pihak bapak atau ibu kepada anaknya. Riwayat keluarga dengan Diabetes diperkirakan juga akan meningkatkan resiko terjadinya PCOS oleh karena ada hubungan yang sangat kuat antara kejadian diabetes dan PCOS. Saat sekarang sedang dilakukan penelitian kearah ini.

Penggunaan obat anti kejang tertentu juga diperkirakan akan meningkatkan resiko terjadinya PCOS.

Tanda-tanda yang harus diwaspadai remaja wanita ( dianjurkan konsultasi ke dokter ) :

a. Sampai usia 14 tahun masih belum mendapatkan haid dan terjadi
    pertumbuhan rambut di dada, punggung atau muka ( hirsuitisme )

b. Sampai usia 15 tahun belum mendapatkan haid atau 2 tahun setelah
    tumbuhnya payudara dan rambut pubis.

c. Memperoleh haid kurang dari 8 kali dalam waktu 1 tahun dan sudah
    memperoleh haid selama 2 tahun.

d. Jerawat yang berlebihan, rambut kepala rontok, pertumbuhan rambut
    berlebihan di dada, punggung atau muka.

e. Siklus haid kurang dari 21 hari atau lebih dari 45 hari secara terus menerus.

f. Terdapat gejala diabetes, seperti mudah haus dan buang air kecil (
    khususnya malam hari ), rasa lapar meningkat, penurunan berat
    badan secara mendadak, pandangan kabur atau gangguan sensorik pada
    telapak tangan atau kaki.

g. Tumbuh jerawat berlebihan, kulit berminyak, acrochordon pada daerah
     leher, acanthosis nigricans pada lipatan kulit di leher, lipat paha atau
     sisi dalam lengan.

Tanda-tanda yang harus diwaspadai Seorang wanita pada masa reproduksi ( 20 – 40 tahun ) ( dianjurkan konsultasi ke dokter ) :

a. Siklus haid secara terus menerus kurang dari 21 hari atau lebih dari 35 hari.

b. Siklus haid teratur namun terjadi kesulitan hamil setelah berusaha selama
    satu tahun.

c. Perdarahan pervagina berlangsung lebih dari 8 hari, bergumpal atau terjadi
    bercak perdarahan berlebihan.

d. Nyeri panggul berlangsung lebih dari 4 minggu.

e. Pertumbuhan rambut berlebihan pada daerah dada, punggung atau muka.

f. Terdapat gejala diabetes, seperti mudah haus dan buang air kecil (
    khususnya malam hari ), rasa lapar meningkat, penurunan berat badan
    secara mendadak, pandangan kabur atau gangguan sensorik pada telapak
    tangan atau kaki.

g. Tumbuh jerawat berlebihan, kulit berminyak, acrochordon pada daerah
     leher, acanthosis nigricans pada lipatan kulit di leher, lipat paha atau sisi
     dalam lengan.

h. Depresi atau gangguan emosi.

i. Kenaikan berat badan bagian atas dimana lemak abdomen lebih banyak
   dibandingkan lemak pinggul atau dikenal dengan obesitas android yang
   berkaitan dengan peningkatan kadar hormon seksual pria ( testosterone ).

Komplikasi PCOS Jangka Panjang :

1. Diabetes Melitus tipe 2

2. Dislipidemia

3. Kanker endometrium

4. Hipertensi

5. Penyakit kardiovaskular

6. Gestational DM

7. Pregnancy - induced hypertension (PIH)

8. Kanker ovarium

9. Kanker payudara

Pemeriksaan Diagnostik

Untuk menegakkan diagnosa PCOS diperlukan sejumlah pemeriksaan antara lain anamnesa yang cermat, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan ultrasonografi.

1. Anamnesa

a. Riwayat medis mengenai keluhan yang dirasakan penderita.

b. Pertanyaan mengenai perubahan berat badan, perubahan kulit, rambut dan
    siklus haid.

c. Pertanyaan mengenai masalah kesuburan.

d. Pertanyaan mengenai riwayat keluarga yang menderita PCOS atau diabetes.

2. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan kesehatan secara umum termasuk tekanan darah, berat dan
    tinggi badan ( menentukan BMI - Body Mass Index ).

b. Pemeriksaan tiroid, kulit, rambut, payudara.

c. Pemeriksaan bimanual untuk melihat kemungkinan adanya pembesaran
    ovarium.

3. Pemeriksaan laboratorium

a. hCG untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan.

b. Testosteron dan androgen. Kadar tinggi dari Androgen akan menghambat
     terjadinya ovulasi dan menyebabkan jerawat, pertumbuhan rambut secara
     berlebihan dan kerontokan rambut kepala.

c. Prolaktin yang mempengaruhi siklus haid dan fertilitas.

d. Kolesterol dan trigliserida.

e. Pemeriksaan untuk fungsi ginjal dan hepar dan pemeriksaan gula darah.

f. Pemeriksaan TSH ( Thyroid Stimulating Hormon ) untuk menentukan
    aktivitas tiroid.

g. Pemeriksaan hormon adrenal, DHEA - S ( Dehiydroepiandrosteron Sulfat )
    atau 17 – hydroxyprogesteron. Gangguan kelenjar adrenal dapat
    menimbulkan gejala seperti PCOS.

h. Pemeriksaan OGTT - oral glucosa tolerance test dan kadar insulin untuk
    menentukan adanya resistensi insulin.

4. Pemeriksaan ultrasonografi

Pemeriksaan ulttrasonografi pelvis dapat menemukan adanya pembesaran satu atau kedua ovarium. Namun yang perlu diingat bahwa pada PCOS tidak selalu terjadi pembesaran ovarium sehingga diagnosa PCOS dapat diduga tanpa harus melakukan pemeriksaan ultrasonografi terlebih dulu.

Terapi

1. Terapi awal

Langkah pertama dalam penatalaksanaan PCOS adalah melakukan olahraga secara teratur, mengkonsumsi makanan sehat dan menghentikan kebiasaan merokok. Ini merupakan pilihan utama terapi dan bukan sekedar menghasilkan perubahan gaya hidup. Terapi tambahan tergantung pada keluhan penderita dan apakah dokter merencanakan agar penderita dapat memperoleh kehamilan.

a. Bila penderita memiliki berat badan berlebihan, menurunkan sedikit berat
    badan sudah sangat membantu dalam menjaga keseimbangan hormonal
    sehingga siklus haid menjadi teratur dan terjadi ovulasi. Olah raga teratur
    dan melakukan diet untuk menurunkan berat badan merupakan langkah
    utama dan sangat penting bagi penderita bila menghendaki kehamilan.

b. Bila penderita memilki kebiasaan merokok, hendaknya kebiasaan ini segera
    dihentikan. Perlu diketahui bahwa merokok dapat meningkatkan kadar
    androgen. Selain itu kebiasaan merokok akan meningkatkan resiko
    terjadinya penyakit jantung.

c. Bila penderita menghendaki kehamilan dan penurunan berat badan saja
    tidak dapat memperbaiki fertilitas, maka diperlukan pemberian obat untuk
    menurunkan insulin. Dengan menurunkan berat badan, kesempatan untuk
    ovulasi dan kehamilan meningkat. Terapi dengan pemicu ovulasi dapat pula
    menyebabkan terjadi ovulasi.

d. Bila penderita menghendaki kehamilan, dokter dapat pula menggunakan
     terapi hormonal untuk membantu pengendalian hormon ovarium. Untuk
     memperbaiki masalah siklus haid, terapi dengan pil kontrasepsi oral dapat
     mencegah agar lapisan endometrium tidak terlalu lama menebal. Hal ini
     dapat mencegah terjadinya karsinoma endometrium. Terapi hormonal juga
     dapat mengatasi pertumbuhan rambut berlebihan dan jerawat. Terapi
     hormon dapat berupa pil kontrasepsi oral, patches atau cincin vagina.
     Kadang-kadang digunakan pula obat penurun androgen ( spironolakton
     = aldactone ) yang biasa diberikan bersama dengan pil kontrasepsi oral
     kombinasi estrogen - progestin.Terapi kombinasi ini diperlukan untuk
     mengatasi kerontokan, jerawat dan pertumbuhan rambut berlebihan.

     Terapi hormon tidak dapat menurunkan resiko terhadap jantung, tekanan
     darah, kolesterol dan resiko diabetes. Inilah sebabnya, mengapa olah raga
     dan diet yang sehat tetap merupakan kunci utama dalam pengobatan PCOS.

2. Terapi tambahan untuk mengatasi masalah rambut dan kulit

Terapi lain untuk PCOS antara lain :

a. Menghilangkan rambut dengan sinar laser, elektrolisis, waxing, tweezing
    atau kimiawi.

b. Mengatasi masalah pada kulit. Obat jerawat topikal atau per oral dapat
    diperoleh secara bebas. Pengangkatan “ skin tag ” tidak perlu dilakukan
    kecuali bila menyebabkan iritasi.

3. Terapi Mandiri

Terapi mandiri dapat membantu penderita dalam mengatasi gejala dan keluhan yang ada serta mengelola hidup secara sehat.

Pengendalian dan penurunan berat badan

dapat menurunkan resiko terjadinya diabetes, hipertensi dan hiperkolesterolemia. Penurunan berat badan yang tidak terlalu drastis dapat mengatasi kadar androgen dan kadar insulin serta infertiliti. Penurunan berat badan sebesar 5 – 7% dalam waktu 6 bulan sudah dapat menurunkan kadar androgen sedemikian rupa sehingga ovulasi dan fertilitas menjadi pulih pada 75% kasus PCOS.

a. Penurunan berat badan.

    Memperoleh berat badan yang ideal akan memperbaiki kesehatan penderita
    dan dapat mengatasi masalah kesehatan jangka panjang. Meningkatkan
    aktivitas dan makan makanan sehat merupakan kunci pengendalian berat
    badan.

b. Olah raga.

    Penderita diharap untuk menjadikan olah raga teratur sebagai bagian
    Penting dalam kehidupannya. Berjalan kaki merupakan aktivitas yang
    paling baik dan sederhana yang dapat dengan mudah dikerjakan.

c. Makanan sehat dan gizi seimbang

    Yang terdiri dari kombinasi buah dan sayuran, produk makanan kecil
    Berkalori rendah yang dapat memuaskan nafsu makan dan menngatasi
    kebiasaan makan kecil.

d. Pertahankan berat badan yang sehat.

e. Hentikan kebiasaan merokok.

4. Terapi Medikamentosa

a. Pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin digunakan pada penderita
    dengan haid tidak teratur atau amenorea.

    Terapi ini membantu mengatasi jerawat, pertumbuhan rambut berlebihan
    dan kerontokan rambut. Progestin diperlukan agar terjadi pertumbuhan dan
    pengelupasan endometrium secara teratur seperti yang terjadi pada haid.
    Pengelupasan endometrium yang terjadi setiap bulan dapat mencegah
    karsinoma uterus. Pil kontrasepsi YASMIN merupakan pil yang ideal
    untuk kasus PCOS oleh karena mengandung progestin yang disebut
    drospirenon yang memiliki sifat anti androgen.

b. Progestin sintetis.

    Bila penderita tidak dapat menggunakan hormon estrogen maka penggunaan
    progestin yang dapat digunakan adalah yang tidak meningkatkan kadar
    androgen dan baik untuk penderita PCOS yaitu : norgestimate, desogestrel
    dan drospirenon. Efek samping yang mungkin terjadi : nyeri kepala, retensi
    air dan perubahan emosi.

    Catatan :

    Sejumlah progestin menyebabkan peningkatan kadar androgen. Terdapat 3
    jenis progestin yang tidak meningkatkan kadar adrogen dan sangat baik bila
    digunakan pada kasus PCOS.

c. Diuretik.

    Spironolaktone yang dapat menurunkan androgen ( Aladactone ) diberikan
    bersama dengan pil kontrasepsi kombinasi. Terapi ini dapat mengatasi
    kerontokan rambut, pertumbuhan jerawat dan rambut abnormal
    ( hirsuitisme )

d. Metformin ( Glucophage ).

    Obat diabetes ini digunakan untuk mengendalikan insulin, gula darah dan
    androgen. Obat ini menurunkan resiko diabetes dan penyakit jantung serta
    memulihkan siklus haid dan fertilitas.

    Catatan :

    Metformin nampaknya sangat bermanfaat untuk mengatasi gejala yang
    terjadi pada PCOS. Metformin dapat memperbaiki derajat fertilitas,
    menurunkan kejadian abortus, dan diabetes gestasional serta mencegah
    terjadinya masalah kesehatan jangka panjang.Penggunaan metformin
    pada masa kehamilan masih merupakan kontroversi meskipun resiko
    nampaknya sangat kecil. Metformin oleh FDA dimaksudkan untuk
    mengatasi diabetes sehingga penggunaannya pada kasus PCOS harus
    dibahas secara rinci.

e. Klomifen sitrat dan injeksi gonadotropin ( LH dan FSH ).

    Klomifen sitrat dapat diberikan bersama dengan metformin bila metformin
    dapat memicu terjadinya ovulasi. Kombinasi kedua jenis obat ini akan
    memperbaiki kerja dari klomifen sitrat.

f. Eflomithine ( Vaniqa ) adalah krim yang dapat menghambat pertumbuhan
    rambut dan hanya bisa diperoleh dengan resep dokter.

5. Terapi Pembedahan

Terapi pembedahan kadang-kadang dilakukan pada kasus infertilitas akibat PCOS yang tidak segera mengalami ovulasi setelah pemberian terapi medikamentosa. Melalui pembedahan, fungsi ovarium di pulihkan dengan mengangkat sejumlah kista kecil.
Alternatif tindakan :

a. “Wedge Resection” , mengangkat sebagian ovarium.

    Tindakan ini dilakukan untuk membantu agar siklus haid menjadi teratur
    dan ovulasi berlangsung secara normal. Tindakan ini sudah jarang
    dikerjakan oleh karena memiliki potensi merusak ovarium dan
    menimbulkan jaringan parut.

b. “ Laparoscopic Ovarian Drilling ” , merupakan tindakan pembedahan
    untuk memicu terjadinya ovulasi pada penderita PCOS yang tidak
    segera mengalami ovulasi setelah menurunkan berat badan dan
    memperoleh obat-obat pemicu ovulasi.

    Pada tindakan ini dilakukan eletrokauter atau laser untuk merusak
    sebagian ovarium. Beberapa hasil penelitian memperlihatkan bahwa
    dengan tindakan ini dilaporkan angka ovulasi sebesar 80% dan angka
    kehamilan sebesar 50%. Wanita yang lebih muda dan dengan BMI
    dalam batas normal akan lebih memperoleh manfaat melalui tindakan ini.

1 komentar: